MANUSIA SEBAGAI MAHKLUK SOSIAL DAN BUDAYA
Materi
A)
Manusia
Sebagai Makhluk Sosial
Berikut ini adalah pengertian dan definisi
makhluk sosial menurut para ahli :
# Dr. JOHANNES GARANG
Makhluk sosial adalah makhluk berkelompok dan
tidak mampu hidup menyendiri.
# NANA SUPRIATNA
Makhluk sosial adalah makhluk yang memiliki
kecenderungan menyukai dan membutuhkan kehadiran sesamanya sebagai kebutuhan
dasar yang disebut kebutuhan sosial (social needs)
# WALUYO
Makhluk sosial adalah makhluk yang selalu
berinteraksi dengan sesamanya, saling membutuhkan satu sama lain.
# ARISTOTELES
Makhluk sosial merupakan zoon politicon, yang
berarti menusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan berinteraksi satu
sama lain
# MOMON SUDARMA
Makhluk sosial merupakan makhluk yang dalam
kesehariannya sangat membutuhkan peran makhluk yang lainnya.
# MUHAMMAD ZUHRI
Makhluk sosial adalah makhluk yang tidak akan
sanggup hidup sedniri, selalu bergantung pada orang lain dan apa yang
dibutuhkannya dalam hidup juga dibutuhkan pula oleh orang lain
# DELIARNOV
Makhluk sosial adalah makhluk yang mustahil
dapat hidup sendiri serta membutuhkan sesamanya dalam melakukan aktivitas
sehari0hari
# LITURGIS
Makhluk sosial merupakan makhluk yang saling
berhubungan satu sama lain serta tidak dapat melepaskan diri dari hidup
bersama.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa makhluk
sosial adalah makhluk yang tidak bisa hidup sendiri dan membutuhkan kehadiran
orang lain. Sebagai makhluk sosial ia memiliki tabiat suka kerjasama dan
bersaing sekaligus. Jika dalam bekerjasama dan bersaing mereka berlaku fair
(terbuka) maka harmoni sosial akan tercipta. Tetapi jika mereka bersaing secara
tidak fair (tertutup) maka konflik antar manusia bisa terjadi. Sebagai makhluk
social manusia merindukan harmoni social (perdamaian) tetapi juga tak pernah
berhenti dari konflik.
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk
sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal
pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan
manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia
lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan
dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu
bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk
sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk
berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup
sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Diperkuat dengan dalil
Aristoteles mengatakan Manusia itu Zoon Politicon yang artinya satu
individu dengan individu lainnya saling membutuhkan satu sama lain sehingga
keterkaitan yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan bermasyarakat. Sedang
menurut Freud,super-ego pribadi manusia sudah mulai dibentuk ketika
ia berumur 5-6 tahun dan perkembangan super-ego tersebut berlangsung
terus menerus selama ia hidup. Super-ego yang terdiri dari atas hati
nurani, norma-norma, dan cita-cita pribadi itu tidak mungkin terbentuk dan berkembang
tanpa manusia itu bergaul dengan manusia lainnya, sehingga sudah jelas bahwa
tanpa pergaulan sosial itu manusia itu tidak dapat berkembang sebagai manusia
seutuhnya.
Meskipun
banyak spesies berprinsip sosial, manusia sebagai makhluk
sosial akan membentuk kelompok berdasarkan ikatan / pertalian genetik,
perlindungan-diri, atau membagi pengumpulan makanan dan penyalurannya, manusia
dibedakan dengan rupa-rupa dan kemajemukan dari adat kebiasaan yang mereka bentuk
entah untuk kelangsungan hidup individu atau kelompok dan untuk pengabadian dan
perkembangan teknologi, pengetahuan,
serta kepercayaan. Identitas
kelompok, penerimaan dan dukungan dapat mendesak pengaruh kuat pada tingkah
laku individu, tetapi manusia juga unik dalam kemampuannya untuk membentuk dan
beradaptasi ke kelompok baru.
Manusia
sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai warga masyarakat. Dalam
kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi
kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan kekayaan, dia selalu
membutuhkan manusia lain. Setiap manusia cenderung untuk berkomunikasi,
berinteraksi, dan bersosialisasi dengan manusia lainnya. Dapat dikatakan bahwa
sejak lahir, dia sudah disebut sebagai makhluk sosial.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai
makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu :
1). Karena manusia tunduk pada aturan yang
berlaku.
2). Perilaku manusia mengaharapkan suatu
penilain dari orang lain.
3). Manusia memiliki kebutuhan untuk
berinteraksi dengan orang lain.
4). Potensi manusia akan berkembang bila ia
hidup diantara manusia lain
Manusia sebagai makhluk sosial memiliki 3 aspek penting
dalam hidupnya, yaitu:
1) Aspek
Organik
Aspek Organik ini yaitu manusia sebagai
makhluk sosial yang mempunyai fisik yang disebut jasmani. Organ tubuh manusia
mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki yang membuat ia disebut sebagai
manusia.
2) Aspek
Psikologis
Yaitu unsur rohaniah yang terdapat di dalam
manusia sebagai makhluk sosial. Jiwa atau ruh yang menjadikan seorang manusia
itu hidup dan memiliki ciri-ciri hidup. Mulai dari bernafas, tumbuh, berkembang
hingga memiliki pemikiran yang bersifat abstrak. Termasuk memiliki perasaan
terhadap segala sesuatu yang dialaminya baik manusia sebagai makhluk individu
maupun makhluk sosial.
3) Aspek
Sosial
Aspek sosial yang dimaksud adalah
adanya kebersamaan yang menjadi bagian dari ciri manusia sebagai makhluk
sosial. Dalam situasi atau kondisi tertentu mereka melakukan sesuatu secara
bersama-sama. Mereka melakukan kerjasama dengan manusia lainnya dalam upaya
mewujudkan peranan manusia sebagai makhluk sosial.
B) Manusia Sebagai
Makhluk Budaya
Manusia disebut sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah makhluk
yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan,
karena yang membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar
dan adil, maka hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan,
kebenaran dan keadilan sajalah yang berhak menyandang gelar manusia berbudaya.
Manusia juga akan
mulai berpikir tentang bagaimana caranya menggunakan hewan atau binatang untuk
lebih memudahkan kerja manusia dan menambah hasil usahannya dalam kaitannya
untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Manusia sangat mempunyai hasrat
yang tinggi apabila dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain. Hasrat untuk
selalu menambah hasil usahanya guna mempermudah lagi perjuangan hidupnya
menimbulkan perekonomian dalam lingkungan kerja sama yang teratur. Hasrat
disertai rasa keindahan menimbulkan kesenian. Hasrat akan mengatur kedudukannya
dalam alam sekitarnya, dalam menghadapai tenaga-tenaga alam yang beraneka ragam
bentuknya dan gaib, menimbulkan kepercayaan dan keagamaan. Hasrat manusia yang
selalu ingin tahu tentang segala sesuatu disekitarnya menimbulkan ilmu
pengetahuan
Ada hakekatnya kebudayaan mempunyai dua segi,
bagian yang tidak dapat dilepaskan hubungannya satu sama lain yaitu segi
kebendaan dan segi kerohanian. Segi kebendaan yaitu meliputi segala benda
buatan manusia sebagai perwujudan dari akalnya, serta bisa diraba. Segi
kerohanian terdiri atas alam pikiran dan kumpulan perasaan yang tersusun
teratur. Keduanya tidak bisa diraba.
Manusia adalah mahluk berbudaya. Berbudaya
merupakan kelebihan manusia dibanding mahluk lain. Dengan berbudaya, manusia
dapat memenuhi kebutuhan dan menjawab tantangan hidupnya. Manusia menggunakan
akal dan budinya dalam berbudaya. Kebudayaan merupakan perangkat yang ampuh
dalam sejarah kehidupan manusia yang dapat berkembang dan dikembangkan melalui
sikap-sikap budaya yang mampu mendukungnya. Banyak
pengertian tentang budaya atau kebudayaan. Kroeber dan Kluckholn (1952)
menginventarisasi lebih dari 160 definisi tentang kebudayaan, namun pada
dasarnya tidak terdapat perbedaan yang bersifat prinsip
. Konsep kebudayaan membantu dalam
membandingkan berbagai mahluk hidup. Isu yang sangat penting adalah kemampuan
belajar. Lebah melakukan aktifitasnya hari demi hari, bulan demi bulan dan
tahun demi tahun dalam bentuk yang sama. Setiap jenis lebah mempunyai pekerjaan
yang khusus dan melakukan kegiatannya secara kontinyu tanpa memperdulikan
perubahan lingkungan disekitarnya. Lebah pekerja terus sibuk mengumpulkan madu
untuk koloninya. Tingkah laku ini sudah terprogram dalam gen mereka yang
berubah secara sangat lambat dalam mengikuti perubahan lingkungan di
sekitarnya. Perubahan tingkah laku lebah akhirnya harus menunggu perubahan
dalam gen. Hasilnya adalah tingkah-laku lebah menjadi tidak fleksibel.
Berbeda dengan binatang, tingkah laku manusia
sangat fleksibel. Hal ini terjadi karena kemampuan dari manusia untuk belajar
dan beradaptasi dengan apa yang telah dipelajarinya. Sebagai makhluk berbudaya,
manusia mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, baik bagi
dirinya maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan hidupnya.
Kebudayaan
mencerminkan tanggapan manusia terhadap kebutuhan dasar hidupnya. Manusia
berbeda dengan binatang, bukan saja dalam banyaknya kebutuhan, namun juga dalam
cara memenuhi kebutuhan tersebut. Kebudayaanlah yang memberikan garis pemisah
antara manusia dan binatang.
Ketidakmampuan manusia untuk bertindak
instingtif diimbangi oleh kemampuan lain yakni kemampuan untuk belajar,
berkomunikasi dan menguasai objek-objek yang bersifat fisik. Kemampuan untuk
belajar dimungkinkan oleh berkembangnya inteligensi dan cara berfikir simbolik.
Terlebih lagi manusia mempunyai budi yang merupakan pola kejiwaan yang di
dalamnya terkandung dorongan-dorongan hidup yang dasar, insting, perasaan,
dengan pikiran, kemauan dan hubungan yang bermakna dengan alam sekitarnya
dengan jalan memberi penilaian terhadap obyek dan kejadian.
Manusia adalah mahluk yang
berbudaya. Berbudaya merupakan ciri khas kehidupan manusia yang membedakannya
dari mahluk lain. Manusia dilahirkan dalam suatu budaya tertentu yang
mempengaruhi kepribadiannya. Pada umumnya manusia sangat peka terhadap budaya
yang mendasari sikap dan perilakunya.
Kebudayaan merupakan induk dari berbagai
macam pranata yang dimiliki manusia dalam hidup bermasyarakat. Etika merupakan
bagian dari kompleksitas unsur-unsur kebudayaan. Ukuran etis dan tidak etis
merupakan bagian dari unsur-unsur kebudayaan. Manusia membutuhkan kebudayaan,
yang didalamnya terdapat unsur etika, untuk bisa menjaga kelangsungan hidup.
Manusia yang berbudaya adalah manusia yang menjaga tata aturan hidup.
Etika dapat diciptakan, tetapi masyarakat
yang beretika dan berbudaya hanya dapat diciptakan dengan beberapa persyaratan
dasar, yang membutuhkan dukungan-dukungan, seperti dukungan politik, kebijakan,
kepemimpinan dan keberanian mengambil keputusan, serta pelaksanaan secara
konsekuen. Selain itu dibutuhkan pula ruang akomodasi, baik lokal maupun
nasional di mana etika diterapkan, pengawasan, pengamatan, dan adanya
pihak-pihak yang memelihara kehidupan etika. Kesadaran etis bisa tumbuh karena
disertai akomodasi.
Berbudaya, selain didasarkan pada etika juga
terkandung estetika di dalamnya. Jika etika menyangkut analisis dan penerapan
konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab, estetika membahas
keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa merasakannya.
Hakikat kodrat manusia itu adalah :
1) Sebagai
individu yang berdiri sendiri (memiliki cipta, rasa, dan karsa),
2) Sebagai
makhluk sosial yang terikat kepada lingkungannya (lingkungan sosial,
ekonomi,
politik, budaya dan alam
3) Sebagai makhluk ciptaan
Tuhan.
Perbuatan-perbuatan baik manusia haruslah
sejalan dan sesuai dengan hakikat kodratinya. Manusia dipandang mulia
atau terhina tidak berdasarkan aspek fisiologisnya. Aspek fisik bukanlah tolak
ukur bagi derajat kemanusiaannya.Hakikat kodrati manusia tersebut mencerminkan
kelebihannya dibanding mahluk lain. Manusia adalah makhluk berpikir yang
bijaksana (homo sapiens), manusia sebagai pembuat alat karena sadar
keterbatasan inderanya sehingga memerlukan instrumen (homo faber), manusia mampu
berbicara (homo languens), manusia dapat bermasyarakat (homo socious) dan
berbudaya (homo humanis), manusia mampu mengadakan usaha (homo economicus),
serta manusia berkepercayaan dan beragama (homo religious), sedangkan hewan
memiliki daya pikir terbatas dan benda mati cenderung tidak memliki
perilaku dan tunduk pada hukum alam.
Keunggulan
manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab berkat ketekunannya memantau
berbagai gejala dan peristiwa alam. Manusia tidak lagi menemukan kenyataan
sebagai sesuatu yang selesai, melainkan sebagai peluang yang membuka berbagai
kemungkinan. Setiap kenyataan mengisyaratkan adanya kemungkinan. Transendensi
manusia terhadap kenyataan yang ditemuinya sebagai pembuka berbagai kemungkinan
itu merupakan kemampuannya yang paling mendasari perkembangan pengetahuannya.
Sebagai
bangsa yang majemuk, Indonesia memiliki dua macam sistem budaya yang sama-sama
harus dipelihara dan dikembangkan, yakni sistem budaya nasional dan sistem
budaya etnik lokal. Sistem budaya nasional adalah sesuatu yang relatif baru dan
sedang berada dalam proses pembentukannya. Sistem ini berlaku secara umum untuk
seluruh bangsa Indonesia, tetapi sekaligus berada di luar ikatan budaya etnik
lokal.
Nilai-nilai
budaya yang terbentuk dalam sistem budaya nasional bersifat prospektif,
misalnya kepercayaan religius kepada Tuhan Yang Maha Esa; pencarian kebenaran
duniawi melalui jalan ilmiah; penghargaan yang tinggi atas kreativitas dan
inovasi, efisiensi tindakan dan waktu; penghargaan terhadap sesama atas dasar
prestasinya lebih daripada atas dasar kedudukannya; penghargaan yang tinggi
kepada kedaulatan rakyat; serta toleransi dan simpati terhadap budaya suku
bangsa yang bukan suku bangsanya sendiri.
Nilai-nilai tersebut menjadi bercitra
Indonesia karena dipadu dengan nilai-nilai lain dari nilai-nilai budaya lama
yang terdapat dalam berbagai sistem budaya etnik lokal. Kearifan-kearifan lokal
pada dasarnya dapat dipandang sebagai landasan bagi pernbentukan jatidiri bangsa
secara nasional. Kearifan-kearifan lokal itulah yang membuat suatu budaya
bangsa memiliki akar. Budaya etnik lokal seringkali berfungsi sebagai sumber
atau acuan bagi penciptaan-penciptaan baru, seperti dalam bahasa, seni, tata
masyarakat, dan teknologi, yang kemudian ditampilkan dalam perikehidupan lintas
budaya.
C) Peranan
Manusia Sebagai Makhluk Sosial dan Budaya
Individu dalam hal ini
adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas di
dalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola
tingkahlaku spesifik tentang dirinya. Akan tetapi dalam banyak hal banyak pula
persamaan disamping hal-hal yang spesifik tentang dirinya dengan orang lain.
Disini jelas bahwa individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki
peranan khas didalam lingkungan sosaialnya, melainkan juga mempunyai
kepribadian, serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Persepsi terhadap
individu atau hasil pengamatan manusia dengan segala maknanya merupakan suatu keutuhan
ciptaan Tuhan yang mempunyai tiga aspek yang melekat pada dirinya, yaitu aspek
organik jasmaniah, aspek psikis rohaniah, dan aspek sosial. Apabila terjadi
kegoncangan pada salah satu aspek, maka akan membawa akibat pada aspek yang
lainnya.
Manusia mempunyai pengaruh
penting dalam kelangsungan ekosistem serta habitat manusia itu sendiri,
tindakan-tindakan yang diambil atau kebijakan-kebijakan tentang hubungan dengan
lingkungan akan berpengaruh bagi lingkungan dan manusia itu sendiri.
Kemampuan kita untuk menyadari hal tersebut akan menentukan bagaimana hubungan kita sebagai manusia dan lingkungan kita.
Kemampuan kita untuk menyadari hal tersebut akan menentukan bagaimana hubungan kita sebagai manusia dan lingkungan kita.
Begitu pula peranan manusia sebagai makhluk
yang berbudaya yang mulai luntur seperti budaya gotong royong. Dalam pengertian
manusia diatas kita telah membahas bahwa manusia adalah mahluk sosial yaitu
dimana manusia tidak dapat hidup sendiri melainkan hidup berdampingan antara
individu satu dengan individu yang lain. Gotong royong di Indonesia sendiri
merupakan suatu istilah yang berarti bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu
hasil atau tujuan yang sudah direncanakan.
Sikap gotong royong adalah bekerja
bersama-sama dalam menyelesaikan pekerjaan dan secara bersama-sama menikmati
hasil pekerjaan tersebut secara adil, atau suatu usaha atau pekerjaan yang
dilakukan tanpa pamrih dan secara suka rela oleh semua warga menurut batas
kemampuannya masing-masing. Pekerjaan jika dilakukan dengan cara gotong royong
akan lebih mudah dan ringan. Pada dasarnya manusia itu tergantung pada manusia
lainnya, dan bahwa manusia tidak hidup sendiri melainkan hidup bersama dengan
orang lain atau lingkungan sosial. Sifat gotong royong dan kekeluargaan
didaerah pedesaan lebih menonjol dalam pola kehidupan mereka, seperti
memperbaiki dan membersihkan jalan, masyarakat desa adalah masyarakat yang
kehidupannya masih banyak dikuasai oleh adat istiadat lama.
Adat istiadat adalah sesuatu aturan yang
sudah mantap dan mencakup segala konsepsi sistem budaya yang mengatur tindakan
atau perbuatan manusia dalam kehidupan sosial hidup bersama, bekerja sama dan
berhubungan erat secara tahan lama, dengan sifat-sifat yang hampir seragam.
Satu fenomena yang ditampakkan oleh masayarakat desa, baik secara langsung
ataupun tidak langsung ketika bertemu/bergaul dengan orang kota adalah perasaan
mindernya yang cukup besar. Biasanya mereka cenderung untuk diam/tidak banyak
omong. Masyarakat desa benar-benar memperhitungkan kebaikan orang lain
yang pernah diterimanya sebagai “patokan” untuk membalas budi sebesar-besarnya.
Balas budi ini tidak selalu dalam wujud material tetapi juga dalam bentuk
penghargaan sosial. Ciri-ciri yang telah diungkapkan di atas yang seharusnya
menjadi identitas mereka, di sebagian masyarakat pedesaan hal tersebut telah
pudar bahkan sebagian lagi telah hilang ditelan zaman. Contoh konkrit, gotong
royong. Masyarakat pedesaan tempo dulu menjadikan gotong royong sebagai sebuah
kearifan lokal. Bahkan menjadi sebuah gunjingan di kalangan masyarakat jika ada
seseorang yang tidak mau ikut campur dalam kegiatan tersebut. Tapi sekarang,
hal ini telah dilupakan dan terkesan individualis, yang notabene hidup
individualis adalah ciri masyarakat perkotaan dan perumahan.
Sedangkan di perkotaan gotong royong dapat
dijumpai dalam kegiatan kerja bakti di lingkungan rumah, disekolah
dan bahkan dikantor-kantor, misalnya pada saat memperingati hari-hari besar
nasional dan keagamaan, mereka bekerja tanpa imbalan jasa, karena demi
kepentingan bersama. Dari sini timbulah rasa kebersamaan, kekeluargaan, tolong
menolong, sehingga dapat terbina rasa kesatuan dan persatuan nasional, di bandingkan
dengan cara individualisme yang mementingkan diri sendiri maka akan
memeperlambat pembangunan di suatu daerah.
Kesadaran untuk memiliki rasa gotong royong
haruslah diawali dari diri kita masing-masing, memiliki rasa gotong royong yang
tinggi akan membangun solidaritas dan kepedulian terhadap lingkungan juga bisa
menurunkan rasa individualisme maupun kelompok. Dari kesadaran untuk memiliki
rasa tanggung jawab bersama akan menciptakan kerukunan antar masyarakat.
Sehingga ideologi-ideologi ekstrimisme atau radikal maupun sikap liar dari
masyarakat yang akhir-akhir ini bermunculan akan bisa ditanggulangi yang akan
menciptakan karakter bangsa sesuai falsafat pancasila.
D. Ruang lingkup sosial budaya
Sosial dalam arti masyarakat atau kemasyarakatan berarti
segala sesuatu yang berhubungan dengan sistem hidup bersama dalam masyarakat.
Budaya atau kebudayaan adalah cara atau sikap hidup manusia dalam hubungannya
dengan alam dan lingkungan sekitarnya. Jadi, sosial budaya adalah sekelompok
masyarakat yang bekerja bersama-sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan
hidup dalam bermasyarakat.
Dalam sosial budaya juga dikenal sistem sosial budaya,
artinya keseluruhan dari unsur-unsur tata nilai, tata sosial, dan tata laku
manusia yang saling berkaitan dan bekerja sama saling mendukung untuk mencapai
tujuan hidup bermasyarakat.
Manusia
adalah orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan. Keduanya tidak
dapat dipisahkan dan merupakan dwitunggal. Tak ada masyarakat tanpa kebudayaan
dan juga sebaliknya.
Sosial budaya merupakan bagian dari kehidupan kita sebagai
anggota masyarakat. Sebagai makhluk sosial maka kita menjadi bagian dalam
sebuah sistem kemasyarakatan yang mencakup bidang politik, ekonomi, sosial,
budaya, pertahanan dan keamanan, serta hukum.
Saat kita
hidup bermasyarakat maka akan menghasilkan sebuah kebudayaan. Masyarakat dan
kebudayaan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Tidak ada masyarakat
tanpa kebudayaan dan tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan
pendukungnya.
Dalam
sebuah kebudayaan dikenal dengan nama unsur-unsur kebudayaan, sebagai berikut:
a. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia
b. Mata pencarian
c. Bahasa
d. Kesenian
e. Sistem pengetahuan
f. Religi
E. Masalah sosial budaya
Masalah-masalah sosial biasanya dirasakan oleh
masyarakat yang sedang berkembang atau masyarakat yang sudah maju dan kompleks
seperti yang dialami oleh masyarakat perkotaan. Masalah-masalah sosial timbul
karena masyarakat mengalami suatu proses perubahan sosial dan kebudayaan yang
cepat, khususnya disebabkan oleh perubahan teknologi.
Perubahan-perubahan ini memberi dampak positif maupun
negatif baik secara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat.
a. Dampak positif
Perubahan sosial dan budaya yang terjadi akan memberikan
dampak positif jika masyarakat mampu menerimanya dan menyesuaikan diri dengan
perubahan tersebut.
b. Dampak negatif
Perubahan sosial dan budaya yang terjadi akan memberikan
dampak negatif
jika masyarakat tidak mampu menyesuaikan diri dengan
perubahan. Globalisasi adalah suatu proses antarindividu, antarkelompok,
dan antarnegara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan mempengaruhi satu
sama lain yang melintasi batas negara.
Globalisasi
mempengaruhi hampir semua aspek yang ada dimasyarakat, termasuk diantaranya
aspek budaya. Globalisasi kebudayaan terus berkembang seiring dengan berkembang
pesatnya teknologi komunikasi. Teknologi komunikasi menjadi sarana utama
komunikasi antarbangsa dan antardaerah saat ini.
Ciri-ciri
berkembangnya globalisasi kebudayaan adalah sebagai berikut.
Ø Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional.
Ø Penyebaran prinsip multikebudayaan (multi culturalism), dan
kemudahan akses suatu individu terhadap kebudayaan lain diluar kebudayaannya.
Ø Berkembangnya pariwisata
Ø Semakin banyaknya imigrasi dari suatu negara ke negara lain.
Ø Berkembangnya mode yang berskala global, seperti Piala Dunia
FIFA.
Setiap ada
perubahan dan perkembangan biasanya akan muncul permasalahan sosial dan budaya.
Masalah sosial budaya sudah ada sejak peradaban manusia dimulai. Masalah sosial
selalu berkaitan dengan hubungan antarmanusia dan norma-norma yang berlaku
disaat hubungan manusia-manusia itu terwujud.
F. Interaksi Sosial Kata interaksi berasal dari kata inter dan action.
Interaksi sosial adalah
hubungan timbal balik saling mempengaruhi antara individu, kelompok sosial, dan
masyarakat. Interaksi adalah proses di mana orang-oarang berkomunikasi saling
pengaruh mempengaruhi dala pikiran danb tindakana. Seperti kita ketahui, bahwa
manusia dalam kehidupan sehari-hari tidaklah lepas dari hubungan satu dengan
yang lain. Interaksi sosial antar individu terjadi manakala dua orang bertemu,
interaksi dimulai: pada saat itu mereka saling menegeur, berjabat tangan,
saling berbicara, atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam
itu merupakan bentuk-bentuk dari interaksi sosial.
Interaksi
sosial terjadi dengan didasari oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1.
Imitasi adalah suatu proses peniruan atau
meniru.
2.
Sugesti adalah suatu poroses di mana seorang
individu menerima suatu cara penglihatan atau peduman-pedoman tingkah laku
orang lain tanpa dkritik terlebih dahulu. Yang dimaksud sugesti di sini adalah
pengaruh pysic, baik yang datang dari dirinya sendiri maupuhn dari orang lain,
yang pada umumnya diterima tanpa adanya kritik. Arti sugesti dan imitasi dalam
hubungannya, dengan interaksi sosial adalaha hampir sama. Bedanya ialah bahwa
imitasi orang yang satu mengikuti salah satu dirinya, sedangkan pada sugesti
seeorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya, lalu diterima oleh orang
lain di luarnya.
3. Identifikasi dalam psikologi berarti
dorongan untuk menjadi identi (sama) dengan orang lain, baik secara lahiriah
maupun batiniah.
4. Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilain perasaan seperti juga pada proses identifikasi.
2. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial Bentuk-bentuk intraksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition), dan pertentangan (conflict). Suatu keadaan dapat dianggap sebagai bentuk keempat dari interaksi sosial, keempat pokok dari interaksi sosial tersebut tidak perlu merupakan kontinuitas dalam arti bahwa interaksi itu dimulai dengan adanya kerja sama yang kemudian menjadi persaingan serta memuncak menjadi pertiakain untuk akhirnya sampai pada akomodasi. Gilin and Gilin pernah mengadakan pertolongan yang lebih luas lagi. Menurut mereka ada dua macam pross sosial yang timbul sebagaiu akibat adanya interaksi sosial, yaitu:
A. Proses
Asosiatif, terbagi dalam tiga bentuk khusus yaitu akomodasi, asimilasi, dan
akulturasi.G. Proses
Disosiatif, mencakup persaingan yang meliputi “contravention” dan pertentangan
pertikain.
Adapun
interaksi yang pokok proses-proses adalah
1) Bentuk Interaksi
Asosiatif a. Kerja sama (cooperation) Kerja sama timbul karena orientasi orang
perorangan terhadap kelompoknya dan kelompok lainnya. Sehubungan dengan
pelaksanaan kerja sama ada tiga bentuk kerja sama, yaitu: v Bargainng,
pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua
organisasi atau lebih. v Cooperation, proses penerimaan unsur-unsur baru dalam
kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah
satu carta untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi
yang bersangkutan v Coalition, kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang
mempynyai tujuan yang sama. b. Akomodasi (accomodation) Adapun bentuk-bentuk
akomodasi, di antaranya: v Coertion, yaitu suatu bentuk akomodasi yang
prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan. v Compromise, suatu bentuk
akomodasi, di mana pihak yang terlibat masing-masing mengurangi tuntutannya,
agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada. v Arbiration,
suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak yang berhadapan tidak
sanggup untuk mencapainya sendiri v Meditation, hampir menyerupai arbiration
diundang pihak ke tiga yang retial dalam persoalan yang ada. v Conciliation,
suatu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang berselisih, bagi
tercapainya suatu tujuan bersama. v Stelemate, merupakan suatu akomodasi di
mana pihak-pihak yang berkepentingan mempunyai yang seimbang, berhenti pada
titik tertentu dalam melakukan pertentangan. v Adjudication¸ yaitu perselisihan
atau perkara di pengadilan.
2) Bentuk Interaksi Disosiatif a. Persaingan (competition) Persaingan adalah bentuk interaksi Kontaversi ditandai oleh adanya ketidakpastian terhadap diri seseorang, perasaan tidak suka yang disembunyikannya dan kebencian terhadap kepribadian orang, akan tetapi gejala-gejala tersebut tidak sampai menjadi pertentangan atau pertikaian.
b. Pertentangan (conflict) Pertentangan adalah suatu bentuk interaksi antar individu yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang bersaing untuk mendapatkan keuntungan tertentu bagi dirinya dengan cara menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan kekerasan.
a. Kontraversi (contaversion) Kontraversi bentuk interaksi yang berbeda antara persaingan dan pertentangan. atau kelompok sosial yang berusaha untuk mencapai tujuannya dengan jalan menentang pihak lain disertai ancaman atau kekerasan. Pertentangan memiliki bentuk khusus, antara lain: pertentangan pribadi, pertentangan rasional, pertentangan kelas sosial, dan pertentanfan politik.
3. Sosialisasi Peter Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai suatu proses di mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat (Berger, 1978:116). Salah satu teori peranan dikaitkan sosialisasi ialah teori George Herbert Mead. Dalkam teorinya yang diuraikan dalam buku Mind, Self, and Society (1972). Mead menguraikan tahap-tahap pengembangan secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain, yaitu melalui beberapa tahap-tahap play stage, game sytage, dan tahap generalized other. Menurut Mead pada tahap pertama, play stage, seorang anak kecil mulai belajar mengambil peranan orang-orang yang berada di sekitarnya. Pada tahap game stage seorang anak tidak hanya telah mengetahui peranan yang harus dijalankannya, tetapi telah pula mengetahui peranan yang harus dijalankan oleh orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Pada tahap ketiga sosialisasi, seseorang dianggap telah mampu mengambil peran-peran yang dijalankan orang lain dalam masyarakat yaitu mampu mengambil peran generalized others. Ia telah mampu berinteraksi denagn orang lain dalam masyarakat karena telah memahami peranannya sendiri serta peranan orang-orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Menurut Cooley konsep diri (self-concept) seseorang berkembang melalalui interaksinya dengan orang lain. Diri yang berkembang melalui interaksi dengan orang lain ini oleh Cooley diberi nama looking-glass self. Cooley berpendapat looking-glass self terbentuk melalui tiga tahap. Tahap pertama seseorang mempunyai persepsi mengenaoi pandangan orang lain terhadapnya. Pada tahap berikut seseorang mempunyai persepsi mengenai penilain oreang lain terhadap penampilannya. Pada tahap ketiga seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya itu. Pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi itu menurut Fuller and Jacobs (1973:168-208) mengidentifikasikan agen sosialisasi utama: keluarga, kelompok bermain, media massa, dan sistem pendidikan.
4. Bentuk dan Pola Sosialisasi a.
Bentuk-bentuk Sosialisasi Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung
sepanjang hidup manusia. Dalam kaitan inilah para pakar berbicara mengenai
bentuk-bentuk proses sosialisasi seperti sosialisasi setelah masa kanak-kanak,
pendidikan sepanjang hidup, atau pendidikan berkesinambungan.
a. Pola-pola Sosialisasi Pada dasarrnya kita mengenal dua pola sosialisasi, yaitu pola represi yang menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Dan pola partisipatori yabg merupakan pola yang didalamnya anak diberi imbalan manakala berperilaku baik dan anak menjadi pusat sosialisasi. C. Masyarakat dan Komunitas Masyarakat itu merupakan kelompok atau kolektifitas manusia yang melakuakn antar hubungan, sedikit banyak bersifat kekal, berlandaskan perhatian dan tujuan bersama, serta telah melakukan jalinan secara berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama. Unsur-unsur masyarakat yaitu: kumpulan orang, sudah terbentuk dengan lama, sudah memiliki sistem dan struktur sosial tersendiri, memiliki kepercayaan, sikap, dan perilaku yang dimiliki bersama, adanya kesinambungan dan pertahanan diri, dan memiliki kebudayaan.
a. Pola-pola Sosialisasi Pada dasarrnya kita mengenal dua pola sosialisasi, yaitu pola represi yang menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Dan pola partisipatori yabg merupakan pola yang didalamnya anak diberi imbalan manakala berperilaku baik dan anak menjadi pusat sosialisasi. C. Masyarakat dan Komunitas Masyarakat itu merupakan kelompok atau kolektifitas manusia yang melakuakn antar hubungan, sedikit banyak bersifat kekal, berlandaskan perhatian dan tujuan bersama, serta telah melakukan jalinan secara berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama. Unsur-unsur masyarakat yaitu: kumpulan orang, sudah terbentuk dengan lama, sudah memiliki sistem dan struktur sosial tersendiri, memiliki kepercayaan, sikap, dan perilaku yang dimiliki bersama, adanya kesinambungan dan pertahanan diri, dan memiliki kebudayaan.
1. Masyarakat Setempat (community) Masyarakat setempat menunjukan pada bagianmasyarakat yang bertempat tinggal disatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu dimana faktor utama yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar diantara anggota-anggotanya, dibandingkan interaksi dengan penduduk diluar batas wilayahnya.
2. Masyarakat Desa dan Masyarakat Kota Menurut Soerjono Soekamto, masyarakat kota dan desa memiliki perhatian yang berbeda, khususnya terhadap perhatian keperluan hidup. Di desa, yang diutamakan adalah perhatian khusus terhadap keperluan pokok, fungsi-fungsi yang lain diabaikan. Lain dengan pandangan orang kota, mereka melihat selain kebutuhan pokok, mereka melihat selain kebutuhan pokok, pandangan sekitarnya sangat mereka perhatikan.
3. Masyarakat Multikultural Perlu diketahui, ada tiga istilah yang digunakan secara bergantian untuk mengambarkan masyarakat yang terdiri atas agama, ras, bahasa dan budaya yang berbeda, yaitu pluralitas, keragaman, dan multikultural. Konsep pluralitas menekankan pada adanya hal-hal yang lebih dari satu (banyak). Keragaman menunjukan bahwa keberadaanya yang lebih dari satu itu berbeda-beda, heterogen, dan bahkan tidak dapat dipersamakan. Sementara itu, konsep multikultralisme sebenarnya merupakan konsep yang relatif baru. Inti dari multikulturalisme adalah kesediaan menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa memperdulikan perbedaan budaya, etnik, gender, bahasa ataupun agama. Jadi, apabila pluralitas hanya menggambarkan kemajemukan, multikulturalisme meberikan penegasan bahwa dengan segala perbedaannya itu mereka adalah sama diruang publik.
4. Pengaruh Multikultural Terhadap Kehidupan Beragama, Bermasyarakat, Bernegara dan Kehidupan Global Problematika yang muncul dari keragaman yaitu munculnya berbagai kasus disintegrasi bangsa dan bubarnya sebuah negara, dapat disimpulkan adanya lima faktor utama yang secara gradual bisa menjadi penyebab utama proses itu, yaitu: kegagalan kepemimpinan, krisis ekonomi yang akut dan berlangsung lama, krisis politik, krisis sosial, dan intervensi asing. Realitas keragaman budaya bangsa ini tentu membawa konsekuensi munculnya persoalan gesekan antar budaya, yang mempengaruhi dinamika kehidupan bangsa sebagai kelompok sosial, oleh sebab itu kita harus bersikap terbuka melihat semua perbedaan dalam keragaman yang ada, meenjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan, dan menjadikan keragaman sebagai kekayaan bangsa, alat pengikta persatuan seluruh masyarakat dalam kebudayaan yang beraneka ragam.
Tanggapan
Manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling sempurna di antara makhluk lainnya. Mengapa dikatakan demikian? Karena manusia memiliki akal dan pikiran untuk mengatur kehidupannya. Oleh karena itu manusia tidak dapat hidup dengan sendirinya sebagaimana kehidupan pada binatang dan tumbuhan. Mereka bisa hidup tanpa bantuan siapa pun namun manusia tidak demikian. Manusia selalu membutuhkan bantuan orang lain. Dari kita menginjakkan kaki di bumi ini sampai kita meninggalkan bumi ini untuk selamanya pasti selalu membutuhkan bantuan orang lain. Contohnya saat seorang ibu akan melahirkan dia pasti membutuhkan seorang dokter atau seorang bidan untuk membantunya dalam proses kelahirannya tersebut. Saat kita balita, kita membutuhkan orang tua kita untuk belajar berjalan, berbicara, dan sebagainya. Begitu pun pada saat kita tua bahkan meninggal, kita membutuhkan orang lain untuk mengurusi proses pemakaman kita kelak. Manusia juga melakukan komunikasi dan berinteraksi dengan orang lain, baik dari segi usia maupun dari pendidikan. Maka dari itu manusia disebut sebagai makhluk sosial. Karena manusia dikudratkan untuk hidup secara bersama-sama, dan saling membutuhkan satu sama lain.
Manusia selain disebut sebagai makhluk sosial, disebut pula sebagai makhluk yang berbudaya, Mengapa dikatakan demikian? Karena manusia menggunakan daya pikirnya untuk menciptakan kebahagian di dalam kehidupannya tersebut. Di dalam diri seseorang sudah tertanam dengan kebudayaan. Karena kita berasal dari Nenek Moyang yang menjunjung tinggi kebudayaan, maka diri kita sangat kenal dengan kebudayaan kita sendiri. Begitu pun dengan kebudayaan di negeri ini yang semakin hari semakin kiat mengembangkan kebudayaannya yang sudah ada. Karena suatu kebudayaan menceminkan kepribadian bangsa-bangsa yang ada di negara itu. Oleh karena itu kita harus berusaha untuk terus memperjuangkan dan mempertahankan kebudayaan yang kita miliki. Jangan pernah membiarkan kebudayaan kita di rampas atau diambil oleh orang asing. Dan kita harus pintar-pintar dalam menerima masuknya budaya asing ke dalam kehidupan kita. Karena kebudayaan asing tersebut tidak sepenuhnya dapat memberikan manfaat kepada kita bahkan dapat memberikan berbagai kerugian kepada kita. Kita harus dapat menyaring budaya seperti apa yang dapat kita terima dan budaya yang seperti apa yang harus kita acuhkan. Sayangilah budaya kita seperti menyayangi diri sendiri ! Jangan biarkan orang lain merampas kebudayaan dari tangan kita !
Sumber :
0 comments:
Posting Komentar